RENUNGAN HARIAN Selasa 30 September 2025

Nas: Yosua 3:5

“Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: Kuduskanlah dirimu, sebab besok Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.”

 

Renungan

“Menguduskan Diri untuk Melihat Perbuatan Ajaib Allah”

 

Yosua 3:5 berbunyi, “Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: Kuduskanlah dirimu, sebab besok Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.” Kalimat ini lahir dari sebuah konteks yang sangat menentukan perjalanan bangsa Israel. Mereka telah menempuh perjalanan panjang, melewati padang gurun selama empat puluh tahun, dan kini berdiri di tepi Sungai Yordan. Air sungai itu meluap, mustahil diseberangi dengan kekuatan manusia. Namun justru di titik itulah Allah menegaskan kuasa dan kehendak-Nya. Perintah Yosua bukan untuk mempersiapkan senjata atau strategi, melainkan untuk menguduskan diri. Di sini kita melihat bahwa jalan masuk ke dalam janji Allah selalu dimulai dari pembaruan hati dan hidup, bukan dari kekuatan manusia.

 

Menguduskan diri berarti meninggalkan segala noda yang mengikat, membuang kebiasaan lama yang tidak sejalan dengan kehendak Allah, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bangsa Israel dipanggil untuk melepaskan mentalitas padang gurun yang penuh keluhan dan ketidaktaatan, supaya mereka siap menyaksikan karya Allah yang baru. Kekudusan bukan sekadar ritual luar, melainkan pemurnian batin. Dietrich Bonhoeffer pernah berkata bahwa iman yang sejati menuntut ketaatan yang konkret, sebab tanpa ketaatan, iman hanya tinggal kata-kata. Kekudusan yang dimaksud Yosua adalah ketaatan nyata yang membuka jalan bagi Allah untuk bertindak di tengah umat-Nya.

 

Janji Allah adalah bahwa Ia akan melakukan perkara yang ajaib. Namun mujizat selalu memiliki prasyarat: hati yang siap menerima. Mujizat bukanlah tontonan yang sekadar menunjukkan kuasa Allah, tetapi perjumpaan yang mengubah hidup. A.W. Tozer menekankan bahwa kekudusan adalah syarat dasar untuk mengalami hadirat Allah. Tanpa kekudusan, manusia dapat menyaksikan keajaiban tetapi tidak merasakan maknanya. Itulah sebabnya Yosua menekankan pemurnian diri sebelum sungai terbelah. Urutannya jelas: kuduskanlah dirimu hari ini, dan besok Allah akan bertindak.

 

Konteks kehidupan kita pun serupa. Setiap orang memiliki Sungai Yordan masing-masing, yaitu masalah besar, jalan buntu, dan situasi yang tampak mustahil. Ada yang bergumul dengan sakit penyakit, ada yang terbeban dengan masalah keluarga, ada pula yang dihadapkan pada krisis ekonomi dan kehilangan arah hidup. Firman ini mengingatkan bahwa rahasia kemenangan bukan hanya strategi, melainkan kesiapan hati yang kudus. Kekudusan adalah pintu masuk untuk melihat Allah bekerja.

 

Dalam kehidupan jemaat Batak sering kali kita berfokus pada usaha manusiawi: kekuatan finansial, kekompakan sosial, atau strategi pelayanan. Semua itu baik, tetapi tidak cukup. Tanpa kekudusan, pelayanan menjadi kosong dan mujizat Allah sulit kita lihat. Hidup kudus bukan berarti sempurna tanpa salah, melainkan hidup yang mau dipisahkan dari hal-hal yang mengotori hati, hidup yang mau diarahkan hanya kepada Allah. Sama seperti petani yang mencabuti rumput liar dari tanahnya sebelum menantikan hujan, demikianlah kita perlu memurnikan diri agar berkat Allah tidak berubah menjadi sia-sia.

 

Renungan ini menegaskan bahwa kekudusan mendahului mujizat. Kekudusan bukan beban, melainkan jalan menuju perbuatan ajaib Allah. Ketika kita menguduskan diri, kita sedang membuka ruang bagi Allah untuk berkarya. Maka marilah kita hidup dengan hati yang murni, menjauhkan diri dari dosa, membangun relasi yang benar dengan sesama, dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Saat itulah kita akan menyaksikan Allah yang mengeringkan Sungai Yordan kita masing-masing dan menuntun kita masuk ke dalam janji-Nya yang penuh. Amin.

 

Tuhan Yesus memberkati.

Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *