RENUNGAN HARIAN Jumat 26 September 2025

2 Korintus 1: 20
Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah

Renungan:
“Ya dan Amin di dalam Kristus”

Hidup manusia dipenuhi dengan janji. Ada janji yang datang dari orang tua, sahabat, pasangan, bahkan pemimpin. Namun, janji-janji itu sering rapuh karena manusia terbatas. Ada janji yang berubah karena keadaan, ada janji yang batal karena kelemahan, ada pula janji yang dilupakan begitu saja. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa hanya ada satu janji yang tidak pernah gagal, yaitu janji Allah yang digenapi di dalam Kristus.
Kristus adalah jawaban “ya” dari Allah atas semua janji-Nya. Janji penyertaan, keselamatan, pengampunan, dan hidup kekal bukan lagi sekadar kata-kata, melainkan telah menjadi nyata melalui hidup, kematian, dan kebangkitan-Nya. Dietrich Bonhoeffer mengatakan, “Di dalam Kristus, Allah sendiri menepati janji-Nya; Ia adalah ‘ya’ yang tidak bisa dibatalkan bagi dunia.” Karena itulah, orang percaya berani mengucapkan “Amin” – bukan hanya sebagai akhir doa, tetapi sebagai pengakuan iman bahwa janji Allah sungguh nyata.
Di zaman sekarang, kita hidup dalam pusaran janji yang sering mengecewakan. Janji politik tidak ditepati, janji persahabatan dikhianati, janji perusahaan tentang kesejahteraan berubah menjadi pemutusan hubungan kerja. Dalam dunia yang tidak pasti, kita bertanya-tanya: adakah janji yang bisa dipegang teguh? Firman ini menegaskan bahwa Kristus adalah kepastian di tengah ketidakpastian. Janji Allah tidak terikat pada kondisi sosial atau ekonomi, melainkan berdiri kokoh karena berakar dalam kasih dan kesetiaan-Nya.
Ada sebuah kisah sederhana tentang seorang anak yang berkata kepada ayahnya, “Ayah, jangan janji kalau Ayah tidak bisa tepati.” Kata-kata itu menohok sang ayah, karena ia sering berjanji akan pulang cepat atau bermain bersama, namun akhirnya gagal karena sibuk bekerja. Berbeda dengan manusia, Allah tidak pernah melupakan janji-Nya. Bila Ia berkata akan menyertai kita sampai akhir zaman, maka penyertaan itu nyata. Bila Ia berfirman bahwa siapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup kekal, maka itu adalah kepastian, bukan kemungkinan.
Inilah yang memberi kekuatan bagi kita di tengah pergumulan. Ketika rasa takut datang, kita dapat berkata “Amin” pada janji Allah yang memberi damai. Saat menghadapi kesulitan ekonomi, kita tetap percaya bahwa Allah menyediakan sesuai kebutuhan kita. Ketika gereja bergumul menghadapi perubahan zaman, kita yakin Roh Kudus tetap bekerja. Charles Spurgeon pernah menegaskan, “Janji Allah seperti cek yang sudah ditandatangani; kita hanya perlu mengajukannya dalam doa, dan Allah pasti menepatinya.”
Mengucapkan “Amin” berarti menyerahkan diri pada janji Allah yang pasti digenapi dalam Kristus. Itu bukan sekadar kata penutup doa, melainkan sebuah deklarasi iman bahwa kita percaya dan bersandar penuh pada-Nya. Karena Kristus adalah “ya,” maka kita hidup dengan keyakinan dan keberanian, memuliakan Allah melalui iman yang teguh. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.
Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *