Dari Pulau Kecil di Laut Utara hingga Tanah Batak: Jejak Kehidupan Ingwer Ludwig Nommensen

Sebuah batu nisan sederhana di dekat gereja evangelis Odenbüll, Nordstrand, menjadi saksi bisu perjalanan hidup seorang anak petani miskin yang kemudian dikenal sebagai “Apostel der Batak” – misionaris paling berpengaruh dalam sejarah Sumatera Utara.

Oleh: Wiston Manihuruk
Berdasarkan kunjungan langsung ke situs-situs peninggalan I.L. Nommensen di Nordstrand, Jerman

NORDSTRAND, Jerman– Angin Laut Utara berhembus kencang di semenanjung Nordstrand ketika rombongan Yayasan Universitas HKBP Nommensen tiba di tanah kelahiran sang “Apostel der Batak” pada 6-7 September 2025 lalu. Dipimpin oleh Ketua DR Effendi Simbolon bersama Ephorus HKBP DR Victor Tinambunan, MST, kunjungan bersejarah ini menjadi momen bertemunya “anak-anak spiritual” Nommensen dengan akar sejarah sang pendiri gereja mereka.

Di ujung utara Jerman, tepatnya di semenanjung Nordstrand yang menghadap Laut Utara, lahirlah Ludwig Ingwer Nommensen pada 6 Februari 1834. Hari ini, tempat kelahiran sang misionaris legendaris ini telah menjadi destinasi ziarah bagi ribuan umat Kristen Batak yang ingin mengenang sosok yang mengubah wajah agama dan budaya di tanah leluhur mereka.

Nordstrand: Pulau yang Terkoyak Badai

Nordstrand bukanlah tempat kelahiran yang biasa. Semenanjung seluas 50 kilometer persegi dengan populasi 2.300 jiwa ini memiliki sejarah dramatis yang membentuk karakter tangguh penghuninya. Pada abad pertengahan, Nordstrand merupakan bagian dari pulau yang jauh lebih besar bernama Strand, namun badai dahsyat tahun 1634 merobek pulau tersebut menjadi beberapa bagian kecil, menewaskan lebih dari 6.000 jiwa.

“Bencana alam yang mengerikan itu justru membentuk mentalitas penduduk Nordstrand yang tahan banting dan beriman kuat,” ujar sejarawan lokal dalam berbagai catatan tentang daerah ini. Kondisi geografis yang keras ini pulalah yang kemudian membentuk karakter Nommensen yang gigih dalam menghadapi tantangan di tanah asing.

Ketika Nommensen lahir, Nordstrand masih merupakan wilayah Denmark. Baru pada tahun 1920, setelah sengketa panjang antara Jerman dan Denmark, wilayah Frisia Utara ini resmi menjadi bagian dari Jerman dan kini berada dalam distrik Nordfriesland, Schleswig-Holstein.

Jejak Awal Sang Misionaris

Keluarga Nommensen tergolong miskin, seperti kebanyakan penduduk Nordstrand pada masa itu. Namun, takdir mengubah jalan hidup anak petani ini ketika pada usia 12 tahun, sebuah kereta kuda menindih kakinya hingga hancur. Dokter memvonis bahwa kemungkinan besar dia tidak akan pernah bisa berjalan lagi.

Dalam keputusasaan itu, bocah Nommensen berdoa dan berjanji akan menjadi misionaris jika Tuhan menyembuhkannya. Tiga tahun kemudian, secara ajaib, dia bisa berjalan kembali. Janji itu kemudian membentuk seluruh perjalanan hidupnya.

Meskipun Nommensen tumbuh di Nordstrand dan bersekolah dengan baik hingga mampu menjadi guru di usia remaja, dia harus belajar bahasa Jerman (High German) sebelum masuk seminari. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Nordstrand saat itu kemungkinan menggunakan bahasa Denmark atau Frisia, bukan Jerman.

Peninggalan di Tanah Kelahiran

Hari ini, jejak Nommensen di Jerman dapat ditemukan di beberapa lokasi bersejarah:

Batu Peringatan di Odenbüll

Situs paling penting adalah batu peringatan (Gedenkstein) yang berdiri megah di dekat gereja evangelis di Odenbüll, Nordstrand. Monumen ini didirikan untuk mengenang Ingwer Ludwig Nommensen yang oleh “Biographisch-Bibliographisches Kirchenlexikon” disebut sebagai “misionaris paling sukses sepanjang masa.”

Pada 7 September 2025, gereja evangelis Odenbüll menjadi saksi momen bersejarah ketika ibadah minggu dilayani bersama oleh Pastor Thorsten Wiese dari Gereja Evangelis setempat dan Ephorus HKBP DR Victor Tinambunan, MST. Ibadah lintas denominasi ini menjadi simbol persatuan spiritual yang melampaui batas geografis dan budaya – tepat seperti visi Nommensen sendiri yang menyatukan berbagai suku Batak dalam satu iman.

Interior gereja yang anggun dengan altar berukir indah menjadi latar yang sempurna bagi pertemuan bersejarah ini. Pastor Thorsten Wiese, yang telah lama menjaga warisan Nommensen di tanah kelahirannya, menyambut hangat kedatangan para pewaris spiritual sang misionaris dari Indonesia.

Batu peringatan ini terletak di jalur antara kantor pastor dan gereja, menjadi tempat yang mudah diakses bagi para peziarah yang datang dari berbagai penjuru dunia, terutama dari Indonesia. Rombongan Yayasan Universitas HKBP Nommensen yang berkunjung pada September 2025 melaporkan bahwa kehadiran mereka di situs ini membangkitkan emosi mendalam, seolah-olah bertemu langsung dengan leluhur spiritual mereka.

Koneksi Spiritual dengan Sumatra

Yang menarik, sejak tahun 1953 terjalin hubungan erat antara jemaat gereja di Odenbüll dengan tanah Batak di Sumatra. Hubungan ini menciptakan jembatan spiritual yang menghubungkan tempat kelahiran Nommensen dengan ladang pelayanannya di Indonesia.

Memorial di Norderhafen

Di pelabuhan Norderhafen, Nordstrand, terdapat memorial tempat kelahiran I.L. Nommensen yang menjadi salah satu landmark penting bagi para turis dan peziarah yang berkunjung ke pulau ini. Kunjungan rombongan Yayasan Universitas HKBP Nommensen pada September 2025 ke memorial ini menjadi momen penuh haru, di mana para pewaris spiritual Nommensen berdiri tepat di tempat sang misionaris dilahirkan 191 tahun silam.

DR Effendi Simbolon dan DR Victor Tinambunan, MST, beserta rombongan, melaporkan bahwa memorial ini dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat, menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap warisan Nommensen bahkan di tanah kelahirannya.

Arsip dan Dokumentasi

Untuk para peneliti dan sejarawan, jejak dokumenter Nommensen dapat ditemukan di Vereinigte Evangelische Mission, Wuppertal, Jerman. Di sana tersimpan dokumen-dokumen pribadi Nommensen dan surat-suratnya kepada badan misi, memberikan gambaran detail tentang perjalanan spiritualnya.

Seminari Misi Rheinische di Wuppertal-Barmen, tempat Nommensen menempuh pendidikan teologi sebelum diberangkatkan ke Sumatra pada 1857, juga menyimpan catatan akademisnya.

Warisan yang Hidup

Nordstrand modern kini dapat diakses melalui jalan penghubung (causeway) sepanjang 4 kilometer yang dibangun pada 1936, dan sejak 1987 resmi menjadi semenanjung setelah pembangunan polder Beltringharder Koog. Populasi 2.300 jiwa di pulau ini hidup dari pertanian, perikanan, dan kini juga turisme religius.

Bagi umat Kristen Batak, Nordstrand bukan sekadar tempat wisata biasa. Pulau kecil ini adalah tanah suci yang melahirkan sosok yang mengubah nasib nenek moyang mereka dari animisme ke Kristen, dari masyarakat terpecah-pecah menjadi komunitas yang bersatu dalam iman.

Tragedi Keluarga dan Jejak Keturunan

Perjalanan hidup Nommensen diwarnai oleh serangkaian tragedi keluarga yang menguji ketangguhan imannya. Bersama istri pertamanya, Nommensen kehilangan seorang anak di Indonesia pada 1868 dan anak kedua empat tahun kemudian. Pada 1887, istri pertamanya meninggal dunia di Jerman, meninggalkan Nommensen dengan empat anak yatim.

Nommensen menikah untuk kedua kalinya pada 1892, namun takdir belum selesai mengujinya. Pada 1901, putranya Christian dibunuh di Sumatra dalam insiden yang menggemparkan komunitas misionaris. Delapan tahun kemudian, pada 1909, istri keduanya juga berpulang. Tragedi terakhir datang ketika putranya yang lain, Nathaniel, gugur dalam Perang Dunia I.

Misteri Keturunan Masa Kini

Mengenai keturunan Nommensen yang masih hidup hingga saat ini, jejak mereka menjadi sebuah misteri yang menarik. Meskipun terdapat beberapa individu dengan marga Nommensen di berbagai belahan dunia, termasuk di Jerman dan Amerika Serikat, tidak ada konfirmasi pasti tentang hubungan keluarga langsung dengan sang misionaris.

Salah satu nama yang muncul dalam penelusuran adalah Thomas Nommensen, seorang penulis novel kriminal Jerman yang lahir pada 1964 di Schleswig-Holstein. Namun, belum dapat dipastikan apakah dia adalah keturunan langsung I.L. Nommensen atau hanya kebetulan memiliki nama keluarga yang sama.

Catatan genealogis menunjukkan bahwa sebagian keturunan Nommensen bermigrasi ke Amerika Serikat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, mengikuti gelombang emigrasi dari Eropa Utara. Beberapa di antaranya menetap di Wisconsin dan daerah Midwest lainnya, namun koneksi langsung dengan I.L. Nommensen sulit diverifikasi.

Yang mengejutkan, tidak ditemukan bukti konkret tentang keturunan langsung yang masih berdomisili di Nordstrand, tempat kelahiran sang misionaris. Hal ini mungkin disebabkan oleh tragedi keluarga yang dialami Nommensen, emigrasi, atau perubahan nama keluarga seiring berjalannya waktu.

Pencarian yang Berlanjut

Untuk mendapatkan informasi akurat tentang silsilah keluarga Nommensen, para peneliti dan keluarga yang merasa memiliki hubungan darah dengan sang misionaris disarankan untuk menghubungi:

– Arsip Vereinigte Evangelische Mission di Wuppertal, yang menyimpan dokumen pribadi Nommensen
– Lembaga genealogi di Schleswig-Holstein
– Gereja-gereja di Nordstrand yang mungkin memiliki catatan baptis dan pernikahan
– Pusat dokumentasi sejarah keluarga di Jerman

Pencarian ini menjadi semakin penting mengingat semakin banyak umat Kristen Batak yang ingin melakukan ziarah ke tempat kelahiran “Bapak Rohani” mereka dan berharap bisa bertemu dengan keturunan sang misionaris.

Relevansi di Era Modern

Meski jejak keturunan biologisnya menjadi misteri, warisan spiritual Nommensen justru semakin menguat. Kisah dari Nordstrand ke Sumatra menunjukkan bagaimana seseorang dari latar belakang sederhana bisa memberikan dampak luar biasa bagi peradaban. Ketika Nommensen meninggal pada 1918, gereja Batak telah memiliki 34 pastor, 788 pengkhotbah-guru, dan 180.000 anggota dalam lebih dari 500 gereja lokal.

Hari ini, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang didirikannya telah berkembang menjadi salah satu denominasi Lutheran terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 6,5 juta anggota – sebuah “keturunan spiritual” yang jauh melampaui keturunan biologis mana pun. Sebagai organisasi keagamaan terbesar ketiga di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, HKBP kini memiliki sekitar 3.800 gereja yang tersebar di seluruh Indonesia dan bahkan di luar negeri.

Dokumentasi Bersejarah: Momen-Momen Kunjungan

Kunjungan bersejarah ini terabadikan dalam serangkaian foto yang menggambarkan pertemuan emosional antara tanah kelahiran dan warisan spiritual Nommensen:

Di Batu Peringatan Odenbüll: Ephorus HKBP DR Victor Tinambunan, MST, berdiri dengan khidmat di samping batu peringatan berukir “Ingwer Ludwig Nommensen 1834-1918, Missionar der Batak Nordstrand – Sumatra” yang dikelilingi tanaman hijau di halaman gereja evangelis.

Ceremoni di Memorial Norderhafen:Rombongan lengkap Yayasan Universitas HKBP Nommensen berfoto bersama dengan membentangkan bendera HKBP di depan monument kelahiran Nommensen. Pemandangan hijau Nordstrand dan Laut Utara di latar belakang menciptakan suasana yang megah dan spiritual.

Persahabatan Lintas Budaya: Momen istimewa terekam ketika delegasi HKBP, termasuk anggota rombongan yang mengenakan pakaian tradisional Batak, berfoto bersama masyarakat setempat dengan latar belakang hamparan hijau dan pantai Nordstrand yang indah.

Di Monument Bersejarah: Para pengunjung berdiri di samping monument batu dengan tulisan berbahasa Jerman yang menandai tempat bersejarah ini, dengan lanskap pedesaan Nordstrand yang tenang membentang di belakang mereka.

Ibadah Bersejarah:Interior gereja evangelis Odenbüll dengan altar berukir artistik menjadi saksi ibadah lintas denominasi yang dipimpin Pastor Thorsten Wiese dan Ephorus DR Victor Tinambunan, MST, menciptakan momen persatuan spiritual yang luar biasa.

Kunjungan Bersejarah September 2025

Kunjungan Yayasan Universitas HKBP Nommensen ke Nordstrand pada 6-7 September 2025 menandai babak baru dalam hubungan antara tanah kelahiran dan warisan Nommensen. Dipimpin oleh DR Effendi Simbolon selaku Ketua Yayasan bersama Ephorus HKBP DR Victor Tinambunan, MST, rombongan ini tidak hanya sekadar berziarah, tetapi juga membangun jembatan spiritual antara Nordstrand dan tanah Batak.

Puncak kunjungan terjadi pada ibadah minggu 7 September 2025 di gereja evangelis Odenbüll, di mana Ephorus HKBP DR Victor Tinambunan, MST, berkhotbah bersama Pastor Thorsten Wiese dari Gereja Evangelis setempat. Ibadah lintas denominasi ini menjadi simbol nyata bahwa visi persatuan Nommensen tidak hanya berhasil di tanah Batak, tetapi juga kembali bersemi di tanah kelahirannya.

Pastor Thorsten Wiese, yang telah bertahun-tahun memelihara memori Nommensen di Nordstrand, menyatakan kegembiraannya menyambut “anak-anak spiritual” Nommensen dari Indonesia. Kolaborasi dalam ibadah ini mencerminkan semangat ekumenis yang selalu diperjuangkan Nommensen sepanjang hidupnya.

Kunjungan ke memorial tempat kelahiran di Norderhafen Nordstrand menjadi momen yang sangat emosional bagi seluruh rombongan. Berdiri di tempat yang sama di mana Nommensen menghabiskan masa kecilnya, para pemimpin HKBP merasakan langsung akar sejarah yang menghubungkan mereka dengan sang pendiri gereja.

Pesan dari Nordstrand untuk Dunia

Nordstrand yang tenang dengan pemandangan hamparan hijau dan domba-domba yang merumput, terlindung dari laut oleh tanggul-tanggul kuno, mungkin tidak pernah membayangkan bahwa salah satu anaknya akan mengubah wajah sebuah suku di belahan dunia yang jauh. Namun, itulah kekuatan iman dan tekad yang lahir dari pulau kecil di Laut Utara ini – sebuah warisan yang terus hidup hingga hari ini.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Nordstrand, jangan lupa mampir ke batu peringatan di Odenbüll dan memorial di Norderhafen. Di sana, Anda bisa merasakan aura spiritual yang sama yang pernah menginspirasi seorang anak petani miskin untuk mengabdikan hidupnya bagi misi yang mengubah sejarah. Seperti yang terabadikan dalam foto-foto kunjungan rombongan HKBP pada September 2025 lalu, setiap sudut Nordstrand menyimpan cerita dan setiap langkah di tanah ini adalah perjalanan spiritual yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Dokumentasi visual dari kunjungan bersejarah ini akan menjadi saksi bagi generasi mendatang tentang ikatan abadi antara Nordstrand dan tanah Batak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *