RENUNGAN HARIAN Rabu 1 Oktober 2025

Kolose 2: 14
Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.

Renungan:
“Salib yang Menghapus Hutang”

Kolose 2:14 berbicara tentang karya Kristus yang sangat radikal: “Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.” Paulus menggunakan gambaran “surat hutang” untuk menjelaskan kondisi manusia di hadapan Allah. Dalam dunia Romawi, surat hutang adalah dokumen resmi yang berisi kewajiban seseorang untuk membayar. Selama hutang itu belum lunas, seseorang akan terus dikejar oleh rasa takut, ancaman, bahkan hukuman. Begitulah manusia di hadapan hukum Allah, dosa menjadi hutang yang tidak mungkin bisa kita bayar.

Namun, salib menjadi titik balik. Kristus mengambil seluruh catatan kesalahan, seluruh pelanggaran, dan seluruh tuduhan yang mendakwa kita, lalu memakukannya di kayu salib. Hutang itu bukan hanya dihapuskan, melainkan dibatalkan selamanya. Tidak ada lagi surat tuduhan yang sah terhadap mereka yang percaya kepada Kristus. Inilah kabar pembebasan yang sejati.

Kebenaran ini sangat menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Betapa sering kita hidup dalam bayang-bayang masa lalu, dihantui rasa bersalah, penyesalan, atau luka yang terus mengingatkan kita bahwa kita tidak layak. Ada orang yang merasa hidupnya tidak berarti karena gagal dalam pekerjaan, tidak berhasil dalam keluarga, atau tidak memenuhi standar masyarakat. Semua itu seperti “surat hutang” yang setiap saat menuduh dan membuat kita kecil hati. Tetapi Kolose 2:14 berkata bahwa semua itu sudah dipakukan di salib Kristus. Hidup kita tidak lagi didefinisikan oleh kegagalan atau dosa, melainkan oleh kasih karunia Allah.

John Stott dalam The Cross of Christ menegaskan bahwa salib bukan sekadar lambang belas kasihan, tetapi juga tindakan hukum Allah yang sah. Di salib, keadilan Allah dan kasih Allah bertemu. Tuduhan hukum terhadap kita dibungkam selamanya karena Kristus menanggungnya. Itu sebabnya orang percaya tidak lagi hidup sebagai terdakwa, tetapi sebagai anak-anak Allah yang telah dibenarkan.

Untuk memperjelas, bayangkan seorang mahasiswa yang menumpuk hutang uang kuliah hingga ratusan juta rupiah. Ia hidup dalam kecemasan, tidak mungkin sanggup membayar, dan setiap kali menerima surat dari kampus, ia takut. Namun suatu hari ia dipanggil ke administrasi dan mendengar berita mengejutkan: seluruh hutangnya sudah dilunasi oleh seorang dermawan. Ia bebas, tidak ada lagi ancaman dikeluarkan dari kampus, dan bisa melanjutkan hidup dengan penuh harapan. Gambaran ini hanya sedikit mencerminkan karya Kristus. Kita semua adalah penghutang di hadapan Allah, tetapi Kristus melunasinya dengan darah-Nya.

Renungan ini meneguhkan bahwa hidup orang percaya bukan lagi hidup yang terikat oleh rasa bersalah, melainkan hidup yang bebas oleh kasih karunia. Salib adalah tanda bahwa hutang kita telah lunas, bukan dengan harga murah, tetapi dengan harga yang sangat mahal: darah Kristus sendiri. Karena itu, jangan lagi membiarkan diri kita dibelenggu oleh tuduhan atau penyesalan, tetapi hiduplah dalam sukacita, syukur, dan pelayanan kepada Dia yang telah membebaskan kita.

Salib adalah penghapus hutang dosa kita. Di sanalah kita menemukan kebebasan, pengampunan, dan hidup yang baru. Amin.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *