NAPAK TILAS MAKAM IL NOMMENSEN: Mengenang Jejak Pelayanan Sang Apostel di Sigumpar
Sigumpar, Tapanuli Utara- Hujan gerimis mengiringi langkah kami ketika tiba di kompleks makam IL Nommensen di Sigumpar. Sebagai bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-71 Universitas HKBP Nommensen, kegiatan Napak Tilas ini diselenggarakan oleh Pengurus Yayasan Universitas HKBP Nommensen bersama Rektor, dosen, dan civitas akademika UHN Medan serta UHN Pematang Siantar. Kunjungan ini bukan sekadar wisata sejarah, melainkan sebuah ziarah spiritual untuk mengenang sosok yang telah mengubah wajah peradaban Batak dan meletakkan fondasi pendidikan tinggi yang kini telah berusia 71 tahun.
Di balik rimbunnya pepohonan dan kabut tipis yang menyelimuti dataran tinggi Tapanuli, tersimpan sebuah situs bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan seorang misionaris Jerman yang mengabdikan hidupnya untuk tanah Batak. Makam Ingwer Ludwig Nommensen di Sigumpar bukan sekadar monumen peringatan, melainkan simbol nyata dari dedikasi luar biasa seorang “Apostel der Bataker” yang mewariskan pendidikan dan iman kepada generasi demi generasi.
Dies Natalis ke-71: Kembali ke Akar Sejarah
Peringatan Dies Natalis ke-71 UHN tahun ini menjadi momentum istimewa untuk mengenang kembali perjalanan panjang institusi pendidikan yang berakar dari visi misi Nommensen. Sejak didirikan, Universitas HKBP Nommensen telah menjadi mercusuar pendidikan di Sumatera Utara, melahirkan ribuan alumni yang berkontribusi di berbagai bidang, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
“Napak tilas ke makam Ompu Nommensen adalah bagian integral dari perayaan Dies Natalis kita,” ujar salah seorang pimpinan universitas. “Kami ingin seluruh keluarga besar UHN, terutama generasi muda, memahami dari mana kita berasal dan atas dasar nilai-nilai apa institusi ini dibangun.”
Ziarah Bersejarah: Menjaga Api Warisan Nommensen
Puluhan peserta napak tilas, mengenakan kaus putih dan biru bertuliskan logo UHN serta topi dengan tulisan “UHN”, berkumpul di kompleks makam dengan khidmat. Hujan yang membasahi halaman tidak menyurutkan semangat untuk menghormati jasa sang perintis. Beberapa peserta mengenakan kaus hitam dengan gambar Nommensen dan tulisan “Universitas HKBP Nommensen”, menunjukkan kebanggaan mereka sebagai bagian dari keluarga besar UHN.
Di tengah kerumunan, para pimpinan universitas, dosen, dan staf berdiri berdampingan di depan nisan. Salah seorang wanita mengenakan pakaian adat Batak dengan ulos berwarna oranye yang mencolok, melambangkan kehangatan dan penghormatan dalam tradisi Batak. Karangan bunga besar berwarna putih dan kuning yang ditempatkan di depan nisan menjadi simbol penghormatan dan rasa syukur atas warisan yang telah diberikan.
Dalam foto kedua, tampak kebersamaan dan semangat civitas akademika UHN yang mengacungkan jempol, menunjukkan optimisme dan komitmen untuk terus melanjutkan estafet kepemimpinan pendidikan yang telah dimulai Nommensen. Di latar belakang, terlihat bangunan bergaya tradisional dengan atap merah yang kemungkinan merupakan museum atau pusat informasi tentang sejarah Nommensen di Sigumpar.
“Berdiri di sini, di depan makam Ompu Nommensen, membuat kami semua merenungkan betapa besar pengorbanan yang telah beliau berikan,” ujar salah seorang peserta. “Tanpa beliau, mungkin tidak ada Universitas HKBP Nommensen yang kini telah berusia 71 tahun dan menjadi mercusuar pendidikan di Sumatera Utara.”
Perjalanan Terakhir Sang Misionaris
Ludwig Ingwer Nommensen tiba di Sigumpar pada tahun 1864, sebuah wilayah yang pada masa itu masih dianggap berbahaya dan tertutup bagi orang luar. Dengan keberanian dan keteguhan hati, ia membangun stasiun misi pertamanya di kawasan ini, menjadikan Sigumpar sebagai pusat penyebaran agama Kristen Protestan di tanah Batak.
Pada tanggal 23 Mei 1918, setelah 54 tahun mengabdi tanpa henti, Nommensen menghembuskan nafas terakhirnya di Sigumpar dalam usia 84 tahun. Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi ribuan umat Kristen Batak yang telah ia baptis dan bimbing dalam perjalanan iman mereka.
Kompleks Makam: Arsitektur Kenangan
Makam Nommensen di Sigumpar menampilkan gaya arsitektur Eropa sederhana namun khidmat. Nisan berbentuk salib putih berdiri tegak di atas struktur beton bertingkat, dengan prasasti berbahasa Jerman yang mencatat data kelahiran dan kematiannya:
DISON maradian Dr. I. L. Nommensen Ephorus der Rhynschen Zending in de Bataklanden O.v.O.M. lubu di 6. Febr. 1834 matei di 23. Mei 1918. Hebr. 13, 8. Hebr. 4, 9.”**
Kompleks makam ini dikelilingi oleh pagar besi dan gerbang dengan pilar-pilar batu bata, menciptakan area khusus yang terpisah namun tetap terbuka untuk dikunjungi peziarah. Di sekitar makam, terdapat kolam air dangkal dengan kerikil putih dan kelopak bunga merah dan putih yang ditaburkan pengunjung sebagai bentuk penghormatan.
Saat napak tilas berlangsung, saya berkesempatan berdiri tepat di samping nisan, meletakkan tangan dengan penuh hormat pada monumen tersebut. Merasakan langsung dinginnya beton yang telah berusia lebih dari seabad memberikan sensasi tersendiri—seolah terhubung langsung dengan sejarah yang telah membentuk identitas kita sebagai orang Batak dan khususnya sebagai keluarga besar UHN. Di kaki makam, terlihat sebuah vas berisi bunga mawar putih—simbol kesucian dan penghormatan yang terus dipersembahkan oleh para peziarah yang datang dari berbagai penjuru.
Warisan Pelayanan yang Abadi
Selama pelayanannya di Sigumpar dan wilayah sekitarnya, Nommensen meninggalkan jejak yang tak terhapuskan:
1. Pembangunan Gereja-Gereja
Nommensen mendirikan ratusan gereja di seluruh tanah Batak, dengan gereja pertama di Sigumpar menjadi model bagi gereja-gereja berikutnya. Bangunan-bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Sistem Pendidikan Modern
Ia membangun sekolah-sekolah di berbagai desa, mengajarkan literasi kepada anak-anak Batak yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan formal. Sistem pendidikan yang ia rintis menjadi fondasi bagi lahirnya Universitas HKBP Nommensen, yang kini telah berusia 71 tahun dengan kampus di Medan dan Pematang Siantar, melayani ribuan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
3. Penerjemahan Alkitab ke Bahasa Batak
Salah satu kontribusi terbesar Nommensen adalah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Batak Toba, memungkinkan masyarakat lokal memahami ajaran agama dalam bahasa mereka sendiri. Karya ini masih digunakan hingga saat ini dan menjadi bukti penghormatan Nommensen terhadap bahasa dan budaya lokal.
4. Pelestarian Budaya Batak
Berbeda dengan banyak misionaris pada zamannya, Nommensen tidak menghancurkan budaya lokal. Ia justru mengadaptasi nilai-nilai Kristen dengan adat istiadat Batak, menciptakan sintesis unik antara iman Kristen dan tradisi lokal yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Batak modern. Filosofi ini juga diadopsi oleh UHN yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Batak dalam kehidupan kampus.
Sigumpar sebagai Destinasi Ziarah
Kini, kompleks makam Nommensen di Sigumpar telah menjadi salah satu destinasi ziarah penting bagi umat Kristen di Indonesia, khususnya dari Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Setiap tahunnya, ribuan peziarah dari berbagai daerah datang untuk mengenang jasa-jasa sang misionaris.
Kegiatan napak tilas dalam rangka Dies Natalis ke-71 UHN ini adalah salah satu bentuk komitmen universitas untuk terus menjaga memori kolektif tentang pendirinya. “Kami ingin generasi muda, terutama mahasiswa kami, memahami dari mana mereka berasal dan siapa yang telah meletakkan fondasi pendidikan berkualitas bagi mereka,” ungkap salah seorang pimpinan universitas yang ikut dalam rombongan.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara bekerja sama dengan sinode gereja terus melakukan pemeliharaan situs ini, menjadikannya tidak hanya sebagai tempat bersejarah, tetapi juga sebagai bagian dari wisata religi dan edukasi sejarah di Sumatera Utara.
71 Tahun UHN: Melanjutkan Estafet Kepemimpinan
Universitas HKBP Nommensen yang kini memasuki usia ke-71 tahun telah menjadi saksi perjalanan panjang pendidikan tinggi di Sumatera Utara. Dari sebuah institusi pendidikan sederhana yang dimulai oleh Nommensen, kini UHN telah berkembang menjadi universitas dengan berbagai fakultas dan program studi yang berkualitas.
Alumni UHN tersebar di berbagai sektor, menjadi pemimpin, pendidik, pengusaha, dan profesional yang berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Semangat pengabdian Nommensen terus hidup dalam setiap civitas akademika UHN yang berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas dengan landasan iman dan budaya.
Relevansi di Masa Kini
Lebih dari seabad setelah kematiannya, semangat pengabdian Nommensen tetap relevan. Dalam era globalisasi dan modernisasi, nilai-nilai kesetiaan, kerja keras, dan penghormatan terhadap keberagaman budaya yang ia tunjukkan menjadi pelajaran berharga bagi generasi masa kini.
Berdiri di kompleks makam itu, di bawah guyuran hujan ringan, kami semua merasakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kenangan masa lalu. Ini adalah panggilan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan, pendidikan, dan pelayanan yang telah dimulai Nommensen lebih dari 150 tahun lalu.
Situs makam di Sigumpar bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menginspirasi masa depan. Bagi masyarakat Batak, Nommensen bukan sekadar seorang misionaris asing, melainkan bagian tak terpisahkan dari identitas dan sejarah mereka—seorang “Ompu” (leluhur spiritual) yang jasanya akan terus dikenang sepanjang masa.
Saat kami meninggalkan kompleks makam, langit mulai cerah. Seolah-olah berkat dari atas menyertai setiap langkah kami untuk kembali melanjutkan karya pendidikan yang telah dirintis sang Apostel. Napak tilas dalam rangka Dies Natalis ke-71 UHN ini bukan akhir, melainkan awal dari komitmen baru untuk terus meneruskan misi Nommensen: membawa terang pendidikan dan iman bagi semua orang.

Foto 1:Pimpinan Yayasan Universitas HKBP Nommensen bersama Rektor, dosen, dan civitas akademika UHN Medan dan UHN Pematang Siantar berfoto di depan makam IL Nommensen dalam rangka Dies Natalis ke-71 UHN. Di antara mereka, seorang wanita mengenakan pakaian adat Batak dengan ulos oranye, melambangkan kehangatan dan penghormatan dalam tradisi Batak. Kebersamaan ini menjadi bukti bahwa warisan Nommensen terus hidup dalam setiap generasi keluarga besar UHN.

Foto 2:Semangat dan optimisme civitas akademika UHN terpancar saat mengacungkan jempol di kompleks makam Nommensen. Di latar belakang terlihat bangunan bergaya tradisional yang menjadi bagian dari kompleks bersejarah Sigumpar. Napak tilas ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Dies Natalis ke-71 UHN, menunjukkan komitmen universitas untuk terus menghormati dan melanjutkan warisan pendidikan yang telah dirintis sang pendiri.
Oleh: Wiston Manihuruk
