RENUNGAN HARIAN Sabtu 27 September 2025

Amsal 2: 16 – 18

Supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya; sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, jalannya menuju ke arwah-arwah.

 

Renungan:

“Jalan yang Menuju Kehidupan atau Maut”

 

Amsal 2:16–18 memberi kita gambaran yang tajam dan realistis tentang bahaya godaan. Teks ini berbicara tentang “perempuan jalang, yang asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya.” Gambaran ini tidak hanya terbatas pada relasi seksual yang menyimpang, tetapi merupakan simbol dari segala bentuk godaan yang menjauhkan manusia dari kesetiaan kepada Allah. Kata-kata yang manis dan penuh tipu daya sering kali menjadi pintu masuk ke dalam kehancuran. Alkitab menegaskan bahwa jalan itu akhirnya menjerumuskan manusia ke dalam maut, bukan sekadar kematian fisik, melainkan keterpisahan dari Allah sumber hidup.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, “perempuan jalang” bisa dilihat sebagai metafora untuk semua tawaran hidup yang terlihat manis namun membawa kehancuran. Itu bisa berupa rayuan uang haram, godaan kuasa yang disalahgunakan, atau relasi-relasi yang mengikis kesetiaan kita kepada pasangan maupun kepada Tuhan. Dunia modern semakin memperkuat godaan ini melalui media, hiburan, dan budaya yang mengagungkan kenikmatan instan. Banyak orang jatuh karena tergoda oleh “kata-kata licin” yang menutupi konsekuensi buruk di baliknya. Betapa sering kita dengar kisah rumah tangga hancur, pelayanan rusak, atau nama baik tercoreng hanya karena seseorang tergoda dan melupakan perjanjian dengan Allah.

 

Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan ulang arti perjanjian. Perjanjian dengan Allah bukan sekadar janji di bibir, tetapi komitmen seumur hidup untuk hidup dalam kebenaran-Nya. Melupakan perjanjian Allah berarti mengabaikan firman, menutup telinga dari suara Roh Kudus, dan membiarkan hati kita tertarik pada jalan yang salah. Namun, Amsal tidak hanya memberi peringatan, tetapi juga dorongan: bahwa hikmat dari Allah akan melindungi kita, memberi kemampuan untuk membedakan mana suara yang sejati dan mana yang menipu. Dengan hikmat, kita mampu berkata “tidak” kepada godaan, dan memilih jalan yang menuju kehidupan.

 

Di zaman ini, menjaga hati adalah tugas rohani yang semakin mendesak. Hati yang dijaga dalam doa, firman, dan komunitas iman akan lebih kuat menghadapi tawaran dunia yang menyesatkan. Rumah yang ditandai oleh doa bersama, pasangan yang saling setia dalam terang firman, serta pribadi yang hidup takut akan Tuhan adalah benteng yang menjaga dari “jalan menuju arwah-arwah.” Kita dipanggil untuk tidak hanya menghindari godaan, tetapi juga membangun kehidupan yang setia pada Allah, supaya jalan yang kita tempuh adalah jalan kehidupan, bukan jalan maut.

 

Renungan ini mengingatkan kita: di setiap pilihan hidup, ada dua jalan—jalan menuju kehidupan bersama Allah, atau jalan yang mengarah pada kehancuran. Marilah kita memilih setia kepada perjanjian Allah, agar hidup kita tetap terpelihara di dalam kasih karunia-Nya. Amin.

 

Tuhan Yesus memberkati.

Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *