RENUNGAN HARIANI Rabu 24 September 2025

Matius 11 : 28

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

 

Renungan:

“Datanglah Kepada-Ku: Kristus Sang Penopang Kehidupan”

 

Setiap kita mengenal apa artinya lelah. Lelah bukan hanya karena pekerjaan fisik, tetapi juga lelah jiwa. Banyak orang hari ini merasa tertekan oleh berbagai tuntutan: pekerjaan yang tidak ada habisnya, keluarga yang penuh pergumulan, ekonomi yang menekan, bahkan rasa bersalah dan luka batin yang tidak kunjung sembuh. Dunia menuntut kita untuk terus berlari, berprestasi, membuktikan diri. Tetapi semakin kita berlari, semakin kita sadar bahwa hati kita tetap kosong dan letih.

 

Di tengah suara dunia yang begitu bising, Yesus berdiri dan berkata: datanglah kepada-Ku. Ia tidak mengatakan: “Berjuanglah lebih keras, supaya engkau layak datang.” Ia tidak mengatakan: “Bereskan dulu masalahmu, baru Aku terima engkau.” Ia berkata sederhana tetapi penuh kuasa: “Datanglah.” Inilah kabar baik Injil: kita dipanggil bukan dengan syarat, tetapi dengan kasih.

 

Ketika Yesus menjanjikan kelegaan, Ia tidak hanya menawarkan istirahat sejenak. Kelegaan yang Ia berikan adalah damai sejati, yaitu perjumpaan dengan Allah yang membuat hati kita berhenti gelisah. Agustinus berkata, “Hati manusia tidak akan tenang sampai ia beristirahat di dalam Allah.” Itulah yang Yesus tawarkan: tempat beristirahat yang sejati, bukan sekadar tidur nyenyak, melainkan jiwa yang kembali menemukan rumahnya.

 

Ilmu pengetahuan bisa menjelaskan betapa beratnya beban mental manusia modern. Psikologi menyebutkan bahwa stres muncul dari tekanan luar dan luka dalam. Namun Yesus melampaui sekadar solusi psikologis. Ia memberi bukan hanya cara mengatasi stres, melainkan diri-Nya sendiri sebagai penopang hidup. Filsuf Søren Kierkegaard menyebut bahwa keputusasaan adalah penyakit menuju kematian, tetapi Yesus justru menebus kita dari keputusasaan itu dengan kasih-Nya.

 

Hari ini firman Tuhan mengajak kita untuk jujur di hadapan-Nya. Kita boleh datang kepada Kristus dengan air mata, dengan kegagalan, dengan beban yang kita sembunyikan dari orang lain. Tidak ada beban yang terlalu berat bagi-Nya. Ia sudah memikul salib, beban terbesar umat manusia, maka Ia juga sanggup memikul beban hidup kita.

 

Karena itu, jangan lagi kita mencoba berjalan sendiri. Jangan biarkan dunia menipu kita dengan berkata bahwa kita harus kuat tanpa bantuan. Yesus mengundang kita, dan undangan-Nya tidak pernah berubah: “Datanglah kepada-Ku.” Siapa pun kita, apa pun beban kita, di dalam Dia ada kelegaan sejati. Bersama Dia, kita tidak hanya menemukan istirahat, tetapi juga kekuatan baru untuk melangkah lagi, menghadapi hidup dengan hati yang dipenuhi kasih dan damai. Amin.

 

Tuhan Yesus memberkati.

Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *