RENUNGAN HARIAN Selasa 23 September 2025

Yesaya 54 : 10
Sebab biar pun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, Firman TUHAN, yang mengasihani engkau.

Renungan:
Kasih yang Tidak Tergoncangkan

Ada satu ironi dalam kehidupan manusia: kita mencari hal-hal yang kokoh untuk menjadi sandaran, tetapi justru hal-hal itu bisa runtuh kapan saja. Gunung dan bukit, yang dalam pandangan orang Ibrani melambangkan kekuatan dan keabadian, pun dapat bergeser. Maka, firman Yesaya datang bagaikan cahaya yang menerobos kabut: kasih setia Tuhan tidak pernah bergeser, perjanjian damai-Nya tidak akan pernah goyah.

Bangsa Israel mendengar janji ini di tengah reruntuhan pengasingan. Tanah air yang mereka cintai lenyap, bait suci tempat mereka beribadah dihancurkan, identitas mereka tercabik. Namun Allah menyatakan bahwa kasih-Nya melampaui segala keruntuhan itu. Kata yang dipakai adalah hesed—kasih yang setia, penuh komitmen, tidak dapat dibatalkan. Dan perjanjian damai, berit shalom, menunjuk pada keutuhan hidup yang utuh: damai yang meliputi tubuh, jiwa, relasi, bahkan masa depan.

Janji ini bukan sekadar romantisme religius, melainkan dasar iman yang nyata. Dietrich Bonhoeffer, yang hidup dalam penjara Nazi, menulis bahwa segala yang manusia pegang bisa dirampas, tetapi ada satu yang tidak bisa diruntuhkan: kasih dan janji Allah. Itulah yang membuatnya tetap bernyanyi dan berdoa di balik jeruji. Karl Barth, dengan lantang, menegaskan bahwa seluruh teologi Kristen berdiri di atas kasih karunia Allah yang tidak bisa dibatalkan oleh kelemahan manusia. Dan C.S. Lewis pernah mengingatkan: “Kasih Allah bukanlah cinta yang manja, tetapi kasih yang keras kepala, yang tak pernah menyerah untuk menjadikan kita milik-Nya.”

Kita pun tidak lepas dari goncangan. Ada saat pekerjaan yang kita kejar runtuh begitu saja. Ada masa ketika keluarga yang kita banggakan justru goyah. Ada hari ketika kesehatan kita menurun, membuat kita tak berdaya. Bahkan iman kita sendiri kadang terasa rapuh. Namun janji ini menggugah: kasih Allah tidak pernah rapuh. Gunung bisa beranjak, tetapi kasih Allah tetap. Bukit bisa bergoncang, tetapi damai Allah tak tergoncang.

Salib Kristus menjadi bukti tertinggi janji ini. Di sana, kasih Allah menolak bergeser walau menghadapi dosa dan maut. Yesus yang disalibkan dan bangkit adalah jaminan bahwa kasih itu akan terus menopang kita, sekarang dan selamanya.

Maka, ketika dunia bergoncang, janganlah kita berpaling pada gunung-gunung dunia yang fana. Marilah kita menambatkan hati pada kasih yang tidak bergoncang. Di sana jiwa kita akan menemukan damai. Di sana kita sadar bahwa kita tidak pernah ditinggalkan, karena Allah telah mengikatkan diri-Nya kepada kita dengan kasih setia yang kekal. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.
Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *