RENUNGAN HARIAN Senin 22 September 2025

Galatia 3 : 26
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

Renungan:
“Identitas Anak Allah: Lebih dari Sekadar Label Dunia”

Ada seorang pemuda yang sejak kecil merasa dirinya “tidak cukup.” Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana, bahkan sering diejek karena tidak punya apa-apa. Di sekolah, ia tidak pernah juara, di pergaulan ia dianggap biasa-biasa saja. Ia pun berusaha keras mengejar pengakuan: belajar mati-matian, bekerja sambilan, bahkan mencoba mengikuti tren agar tidak dipandang rendah. Tetapi anehnya, semakin ia berusaha membuktikan diri, semakin ia merasa kosong.

Hidup seperti pemuda itu mungkin dekat dengan pengalaman banyak orang Indonesia. Kita hidup di tengah masyarakat yang penuh label: sukses atau gagal, kaya atau miskin, keren atau ketinggalan zaman. Label-label itu seolah menentukan nilai diri kita. Tidak heran banyak orang merasa harus menunjukkan pencapaian atau penampilan agar dihargai. Namun pada saat yang sama, banyak yang lelah karena terus menerus merasa “tidak cukup.”

Di tengah realitas inilah firman dalam Galatia 3:26 datang menembus hati kita: “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Paulus menegaskan bahwa identitas sejati bukan dibangun di atas prestasi, status, atau label dunia, melainkan karena iman kepada Kristus. Kita disebut anak Allah bukan karena usaha kita, tetapi karena kasih karunia-Nya. Kata “anak-anak Allah” bukan sekadar status legal, melainkan relasi intim: kita dikasihi, diterima, dan memiliki hak sebagai ahli waris dalam keluarga Allah.

Pemuda dalam kisah tadi akhirnya mengalami titik balik ketika ia mendengar ayat ini. Ia sadar bahwa hidupnya bukan tentang membuktikan diri kepada dunia, melainkan tentang bersandar pada kasih Allah. Ia tidak lagi bekerja demi pengakuan, tetapi bekerja sebagai ungkapan syukur. Ia tidak lagi iri kepada orang lain, tetapi belajar bersyukur atas apa yang ia miliki. Bahkan ketika diejek, ia tetap tenang, sebab ia tahu: nilai dirinya tidak ditentukan oleh mulut manusia, melainkan oleh kasih Allah.

Inilah kabar baik bagi kita. Dunia boleh melabeli kita dengan macam-macam sebutan: gagal, tidak sukses, tidak berharga. Tetapi Allah memanggil kita dengan satu sebutan yang lebih tinggi dari semuanya: “Engkau adalah anak-Ku.” Jika kita sungguh percaya kepada Kristus, maka kita memiliki identitas yang tidak bisa dicabut oleh siapa pun.

Maka marilah kita hidup sesuai identitas itu. Sebagai anak Allah, kita diajak untuk hidup dalam damai, bukan iri hati. Kita diajak untuk mengasihi, bukan menghakimi. Kita diajak untuk berhenti mengukur diri dengan standar dunia, dan mulai membangun hidup dalam ucapan syukur.

Kiranya hari ini kita mendapatkan satu keyakinan baru: saya bukan lagi budak label dunia, melainkan anak Allah yang dikasihi. Dan itulah identitas tertinggi yang tidak bisa digoyahkan oleh apa pun. Amin.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Salam, Pdt. Tumpal H. Simamora, M.Th

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *